Ogoh-ogoh untuk Parade Pengrupukan

23/04/2013 11:18

Ogoh-ogoh merupakan karya seni tiga dimensional berbentuk patung yang dapat dipindahkan/ditarikan. Ogoh-ogoh merupakan produk massal yang termasuk dalam budaya popular. Ogoh-ogoh mulai marak dikenal sejak tahun 1983, setelah Presiden Soeharto mengeluarkan keputusan Presiden No.3 tahun 1983 yang menyatakan hari raya Nyepi sebagai hari libur nasional. Masyarakat menyambut dengan suka cita, yang diwujudkan dengan pembuatan “Onggokan” (yang sekarang dikenal dengan ogoh-ogoh).

Ogoh-ogoh merupakan karya seni tiga dimensional berbentuk patung, tetapi ogoh-ogoh mempunyai kelebihan karena ogoh-ogoh tidak semata sebagai hasil karya seni rupa yang dipakai sebagai pajangan dengan posisi diam, akan tetapi ogoh-ogoh dapat ditinjau sebagai suatu karya seni pertunjukan yang dapat ditarikan.

Ogoh-ogoh dibangun untuk parade pada hari pangrupukan, yang berlangsung pada malam hari Nyepi di Bali, Indonesia. Ogoh-ogoh biasanya memiliki bentuk makhluk mitologis, terutama setan. Seperti banyak usaha-usaha kreatif berdasarkan Hindu Bali, penciptaan Ogoh-ogoh merupakan spiritual bertujuan terinspirasi oleh filsafat Hindu.

Tujuan utama dari pembuatan Ogoh-ogoh adalah pemurnian lingkungan alam dari setiap polutan spiritual yang dipancarkan dari aktivitas makhluk hidup (terutama manusia). Bentuk-bentuk Ogoh-ogoh mewakili Bhuta Kala, menurut ajaran Hindu. Potensi tak terlihat alam tidak dapat benar-benar dieksplorasi oleh siapa saja. Secara filosofis, laki-laki beradab yang dibutuhkan untuk mengelola sumber daya alam tanpa merusak lingkungan itu sendiri.

Selain menjadi simbol Bhuta Kala, Ogoh-ogoh dianggap sebagai simbol mode alam yang membentuk karakter jahat makhluk hidup. Ogoh-ogoh biasanya dibuat oleh kelompok seniman yang ditemukan di desa-desa di Bali. Setelah diarak konvoi di sekitar kota, akhirnya dibakar menjadi abu di sebuah kuburan sebagai simbol penyucian diri.

Back

Search site

© 2013 All rights reserved.