Saput Poleng sebagai Simbol Penjagaan Masyarakat Bali

14/04/2013 11:04

Saput Poleng dalam bahasa Bali terdiri dari kata saput dan poleng. Makna dari kedua kata tersebut dalam bahasa Indonesia adalah ‘saput’ artinya selimut, dan ‘poleng’ artinya belang. Selimut belang  yang bercorak kotak-kotak hitam-putih ini merupakan khas dari Bali. Dalam kontek adat di Bali, ‘saput’ juga bermakna busana,yang dipakai dengan cara melingkarkannya ke tubuh.  Sehingga ‘saput poleng’ dapat diartikan sebagai ‘busana bercorak kotak persegi warna hitam-putih’. Busana ini dipergunakan secara khusus.

Menurut tradisi ada tiga jenis saput poleng yaitu Salut Poleng Rwabhineda, Saput Poleng Sudhamala dan Saput Poleng Tridatu.

  • Saput poleng Rwabhineda berwarna putih dan hitam. Warna terang dan gelap sebagai cermin baik dan buruk.
  •        
  •  
  • Saput poleng Sudhamala berwarna putih, hitam dan abu. Abu sebagai peralihan hitam dan putih,. Artinya menyelaraskan yang baik dan buruk.
  •        
  •  
  • Saput Poleng Tridatu berwarna putih, hitam dan merah. Merah simbol rajas (keenergikan), hitam adalah tamas (kemalasan), dan putih simbol satwam (kebijaksanaan, kebaikan).
  •        

 

Saput Poleng sebagai simbul masyarakat Hindu di Bali digunakan oleh para pecalang, patung penjaga pintu gerbang, dililitkan pada kulkul/kentongan, dihiaskan pada tokoh-tokoh itihasa (Hanoman, dan Bima), dikenakan oleh dalang wayang kulit ketika melaksanakan pangruwatan/penyucian, dililitkan pada pohon-pohon tertentu, atau dililitkan pada tempat suci yang diyakini berfungsi sebagai penjaga. Pada intinya saput poleng digunakan sebagai simbol penjagaan.

Back

Search site

© 2013 All rights reserved.